SEJARAH KELENTENG TRI DHARMA
KELENTENG BEON TEK BIO TANGGERANG
KELENTENG BEON TEK BIO TANGGERANG
Berbicara tentang Kelenteng Boen Tek Bio tidak terlepas dari
sejarah Kota Tangerang dan keberadaan orang Tionghoa di Tangerang.
Mengenai kedatangan orang Tionghoa pertama kali ke Tangerang belum
diketahui secara pasti. Dalam kitab sejarah Sunda yang berjudul?“Tina Layang
Parahyang”?(Catatan dari Parahyangan) disebut tentang kedatangan orang Tionghoa
ke daerah Tangerang. Kitab tersebut menceritakan tentang mendaratnya rombongan
Tjen Tjie Lung (Halung) di muara sungai Cisadane yang sekarang diberi nama
Teluk Naga pada tahun 1407. pada waktu itu pusat pemerintahan ada di sekitar
pusat kota sekarang, yang diperintah oleh Sanghyang Anggalarang selaku wakil
dari Sanghyang Banyak Citra dari Kerajaan Parahyangan. Perahu rombongan Halung
terdampat dan mengalami kerusakan juga kehabisan perbekalan. Daerah tujuan yang
semula ingin dikunjungi adalah Jayakarta.
semula ingin dikunjungi adalah Jayakarta.
Boen Tek Bio – Tangerang (Budi Setiawan, 2001)
Rombongan Halung ini membawa tujuh kepala keluarga dan diantaranya
terdapat sembilan orang gadis dan anak-anak kecil. Mereka kemudian menghadap
Sanghyang Anggalarang untuk minta pertolongan. karena gadis-gadis yang ikut
dalam rombongan itu cantik-cantik, para pegawai Anggalarang jatuh cinta dan
akhirnya kesembilan gadis itu dipersuntingnya. Sebagai kompensasinya, rombongan
Halung diberi sebidang tanah pantai utara Jawa di sebelah timur sungai
Cisadane, yang sekarang disebut Kampung Teluk Naga.
Gelombang kedua kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang diperkirakan
terjadi setelah peristiwa pembantaian orang Tionghoa di Batavia tahun 1740. VOC
yang berhasil memadamkan pemberontakan tersebut mengirimkan orang-orang
Tionghoa ke daerah Tangerang untuk bertani. Belanda mendirikan pemukiman bagi
orang Tionghoa berupa pondok-pondok yang sampai sekarang masih dikenal dengan nama:
Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren dsb. Disekitar Tegal Pasir (Kali Pasir)
Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal dengan nama Petak
Sembilan. Perkampungan ini kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan dan
telah menjadi bagian dari Kota Tangerang. Daerah ini terletak di sebelah timur
sungai Cisadane, daerah Pasar Lama sekarang.
Gotong Toapekong – 1976 (Budi Setiawan, 1976)
Gotong Toapekong – 1976 (Budi Setiawan, 1976)
Gotong Toapekong – 1976 (Budi Setiawan, 1976)
Berdirinya Kelenteng Boen Tek Bio diperkirakan sekitar tahun 1750.
Para penghuni perkampungan Petak Sembilan secara gotong-royong mengumpulkan
dana untuk mendirikan sebuah kelenteng yang diberi nama Boen Tek Bio.
(Boen=Sastra Tek=Kebajikan Bio=Tempat Ibadah). Bio yang pertama berdiri diperkirakan
masih sederhana sekali yaitu berupa tiang bambu dan beratap rumbia. Awal abad
ke-19 setelah perdagangan di Tangerang meningkat, dan umat Boen Tek Bio semakin
banyak, kelenteng ini lalu mengalami perubahan bentuk seperti yang bisa dilihat
sekarang.
Sebagai tuan rumah kelenteng ini adalah Dewi Kwan Im. Selain Dewi
Kwan Im di sebelah kiri dan kanan kelenteng ini juga dibangun tempat untuk
Dewa-Dewa lain.
Gotong Toapekong – 2000 (Budi Setiawan, 2001)
Gotong Toapekong – 2000 (Budi Setiawan, 2001)
Gotong Toapekong – 2000 (Budi Setiawan, 2001)
Berbeda dengan kebanyakan kelenteng yang ada di Indonesia maupun
yang ada di negri Tiongkok, Kelenteng Boen Tek Bio mempunyai satu tradisi yang
sudah berlangsung selama ratusan tahun yaitu apa yang dikenal dengan nama
Gotong Toapekong. Setiap 12 tahun sekali yaitu saat tahun Naga menurut kalendar
Tionghoa, didalam Kota Tangerang berlangsung arak-arakan joli Ka Lam Ya, Kwan
Tek Kun dan terakhir Joli Ema Kwan Im. Pesta tahun Naga ini dimeriahkan oleh
pertunjukan Barongsai dan Wayang Potehi yang berhasi menyedot ribuan
pengunjung.
Disamping acara gotong Toapekong, sejak tahun 1911 para umat Boen
Tek Bio menyelenggarakan pesta Petjun yang diadakan di Kali Cisadane, yaitu
perlombaan balap perahu naga. Perlombaan ini berlangsung sekitar bulan Mei-Juni
saat musim kemarau dimana air sungai jernih dan tenang. Setelah peristiwa G-30
S/PKI, acara Petjun dilarang pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar