Dalam menjalankan ajaran agamanya umat Hindu berpegang pada catur
marga yaitu empat jalan yang terdiri atas, bhakti marga yoga, karma marga
yoga, jnana marga yoga, dan raja marga yoga. Umat Hindu berhak memilih
jalan mana yang akan ditempuh sesuai dengan kemampuan dan pemahaman
ajaran agamanya. Masyarakat Hindu di Bali masih mempertahankan tradisi-tradisi
keagamaan yang juga menjiwai kebudayaannya, padahal tradisi tersebut
mengalami pula perubahan sejalan dengan perkembangan zaman Masyarakat dari
perspektif perubahan telah berkembang. Perkembangan ini dapat dilihat menurut
tingkat-tingkat yang dikemukakan oleh Swelengrebel (1960:29-31), yaitu (1)
tradisi kecil, (2) tradisi besar, dan (3) tradisi modern.
marga yaitu empat jalan yang terdiri atas, bhakti marga yoga, karma marga
yoga, jnana marga yoga, dan raja marga yoga. Umat Hindu berhak memilih
jalan mana yang akan ditempuh sesuai dengan kemampuan dan pemahaman
ajaran agamanya. Masyarakat Hindu di Bali masih mempertahankan tradisi-tradisi
keagamaan yang juga menjiwai kebudayaannya, padahal tradisi tersebut
mengalami pula perubahan sejalan dengan perkembangan zaman Masyarakat dari
perspektif perubahan telah berkembang. Perkembangan ini dapat dilihat menurut
tingkat-tingkat yang dikemukakan oleh Swelengrebel (1960:29-31), yaitu (1)
tradisi kecil, (2) tradisi besar, dan (3) tradisi modern.
Tradisi kecil adalah tradisi yang berorientasi pada kebudayaan lokal,
mempunyai ciri-ciri antara lain sistem ekonomi sawah dengan irigasi, kerajinan
meliputi besi, perunggu, celup, dan tenun. Di pura terdapat sistem ritual dan
upacara keagamaan yang sangat kompleks, tari dan tabuh dipakai dalam rangka
upacara di pura.
Tradisi besar, yaitu tradisi yang berorientasi pada agama dan kebudayaan
Hindu dalam kehidupan masyarakat Bali menampakkan ciri-ciri antara lain:
kekuasaan yang pusat kedudukannya adalah raja sebagai keturunan Dewa, adanya
upacara pembakaran mayat (ngaben) bagi orang yang meninggal, adanya sistem
kalender Hindu Jawa, pertunjukan wayang kulit, dll (Geria, 2008:48).7
Sementara itu tradisi modern, yaitu tradisi yang mencakup unsur-unsur
yang berkembang sejak zaman penjajahan, zaman kemerdekaan sampai dengan
era globalisasi sekarang ini. Ciri-cirinya antara lain, pendidikan massal, sistem
agama dirasionalisasi, terkoordinasi, dan terkomunikasikan ke dalam dan ke luar,
kerajinan bersifat produksi massal, adanya orientasi ke depan yang diintrodusir
oleh berbagai departmen, dll (Mc. Kean dalam Geria, 2008: 3). Dari proses
tersebut dapat dipahami bahwa interaksi antara tradisi kecil dengan tradisi besar
membuahkan kebudayaan tradisional yang bercirikan budaya ekspresif dengan
dominannya nilai-nilai religius, estetika, dan solidaritas. Sebaliknya pertemuan
kebudayaan Bali tradisional dengan tradisi modern ditandai dengan
berintegrasinya nilai modern dalam kebudayaan Bali seperti rasionalisasi dan
komersialisasi budaya. Dewasa ini tampak adanya perubahan struktural dalam
kebudayaan karena banyak aktivitas kebudayaan dalam arti ritus agama secara
ekspresif mengalami perubahan kedudukan dan fungsi yang tidak saja dalam
makna religius, tetapi sering pula terjadi karena adanya muatan sosial, ekonomi,
dan politik (Triguna, 1994:14). Konteks ini tampak dalam aktualisasinya dari
perubahan struktural terutama dapat diamati dalam kepemilikan harta yang
bersifat konsumtif dan peningkatan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar