Bukti tertua adanya pengaruh India
di Indonesia adalah ditemukannya Arca Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi
Selatan. Antara abad ke 4 hingga abad ke 16 di berbagai wilayah nusantara
berdiri berbagai kerajaan yang bercorak agama Hindu dan Budha.
Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain:
A. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai
Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4
Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Diperkirakan kerajaan kutai merupakan
kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Diduga
ia belum menganut agama Hindu.
Peninggalan terpenting kerajaan
Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari
abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan bahwa “Maharaja Kundunga mempunyai
seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari).
Aswawarman mempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah
Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara yaitu
tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
Peninggalan kerajaan Kutai
Yupa/prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari Abad ke-4.
Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang
berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas
kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih
seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut
diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.
Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman
Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36.
Yupa
Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat
hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara
didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian
digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman
adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada
tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang
6112 tombak (sekitar 11 km).
Dari kerajaan Tarumanegara ditemukan
sebanyak 7 buah prasasti. Lima diantaranya ditemukan di daerah Bogor. Satu
ditemukan di desa Tugu, Bekasi dan satu lagi ditemukan di desa Lebak, Banten
Selatan. Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Kebonkopi I (dinamakan demikian untuk dibedakan dari Prasasti Kebon kopi 2) atau Prasasti Tapak Gajah (karena terdapat pahatan tapak kaki gajah) merupakan salah satu peninggalan kerajaan Tarumanegara.
Prasati kebun kopi
2. Prasasti Tugu,
Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti yang berasal dari Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh
Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun
ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan
untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada
masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim
kemarau.
Prasasti Tugu
3. Prasasti Munjul atau
Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti Ciaruteun,
Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara
Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi,
Bogor.
C. Kerajaan
Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang
bercorak agama Budha. Raja yang pertamanya bernama Sri Jaya Naga, sedangkan
raja yang paling terkenal adalah Raja Bala Putra Dewa.
Letaknya yang strategis di Selat
Malaka (Palembang) yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan
internasional.Keadaan alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda
dengan keadaan sekarang. Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian.
Oleh karena itu Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang,
sebaliknya Selat Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong
perkembangan kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai
berikut :
- Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina
melintasi selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi
Sriwijaya.
- Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat
serangan kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan
Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6
dipegang oleh kerajaan Funan.
Berdasarkan berita dari I Tsing ini
dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690 sampai 692, Kerajaan Melayu sudah
dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun 690 Sriwijaya telah meluaskan wilayahnya
dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal ini juga diperkuat oleh
5 buah prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam huruf
Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai
beikut :
1. Prasasti Kedukan Bukit
2. Prasasti Talang Tuwo
3. Prasasti Kota Kapur
4. Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Karang Birahi
6. Prasasti Ligor
Selain peninggalan berupa prasasti,
terdapat peninggalan berupa candi. Candi-candi budha yang berasal dari masa
Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan
Biaro Bahal, akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat
dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca-arca bersifat
budhisme, seperti berbagai arca budha dan bodhisatwa Awalokiteswara ditemukan
di Bukit Seguntang, Palembang, Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya.
Pada masa pemerintahan Bala Putra
Dewa Sriwijaya menjadi pusat perdagangan sekaligus pusat pengajaran agama
Budha. Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak
peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan
studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I Tsing
melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi
pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini
menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu
ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang
di Sriwijaya.
Letak Sriwijaya strategis membawa
keberuntungan dan kemakmuran. Walaupun demikian, letaknya yang strategis juga
dapat mengundang bangsa lain menyerang Sriwijaya. Beberapa faktor penyebab
kemunduran dan keruntuhan :
- Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
- Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang
diperintah oleh Raja Rajendracoladewa.
- Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja
Kertanegara, 1275 – 1292.
- Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
- Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin
Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya
menjadi taklukkan Majapahit.
D. Kerajaan Mataram (
Hindu-Budha )
Kerajaan Mataram diketahui dari
Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi yang ditulis dalam huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya
Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik
tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan
Sanna).
INI ADALAH PENINGGALAN DARI KERAJAAN SRIWIJAYA YANG
BERCORAK BUDHA KERAJAAN SRIWIJAYA ADALAH KERAJAAN MARITIM PERTAMA DAN
KERAJAAN BUDHA TERBESAR DI ASIA TENGGARA PADA SAAT ITU ADAPUN SEBAGIAN
PENINGGALANNYA YANG BERBENTUK CANDI DAN PRASASTI YANG MENERANGKAN
KERAJAAN ITU ADALAH:
- CANDI MUARA TAKUS (RIAU)
- CANDI MUARA JAMBI (JAMBI)
PRASASTI KAPUR DAN PRASASTI TALANG TUO. KRAJAAN INIPUN MEMPUNYAI
PRASASTI YANG TERLETAK DI LUAR NEGARA INDONESIA SPERTI PRASASTI YANG ADA
DI INDIA.
Prasasti Mantyasih (Prasasti
Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada tahun 907 memuat daftar
raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah
Balitung.
Prasasti Kelurak, 782 M di desa
Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra membangun arca Majusri ( candi sewu).
Pengganti raja Dharanindra, adalah Samaratungga. Samaratungga digantikan oleh
putrinya bernama Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri Kahulunan ( gelar
Pramodawardhani) berangka tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan bahwa Sri
Kahulunan meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur yang
sudah dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani menikah dengan
Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Adik Pramodhawardhani, Balaputradewa
menentang pernikahan itu. Pada tahun 856 Balaputradewa berusaha merebut
kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun usahanya itu gagal. Setelah pemerintahan
Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak pemerintahan Raja Balitung
banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-raja setelah Balitung
adalah :
- Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri
I hino (jabatan terttinggi sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
- Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
- Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 –
929)
Wawa merupakan raja terakhir kerajaan
Mataram. Pusat kerajaan kemudian dipindahkan oleh seorang mahapatihnya
(Mahamantri I hino) bernama Pu Sindok ke Jawa Timur.
Pada akhir pemerintahannya Airlangga
kesulitan dalam menunjuk penggantinya, sebab Putri Mahkotanya bernama
Sanggramawijaya menolak menggantikan menjadi raja. la memilih menjadi seorang
pertapa. Maka tahta diserahkan kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu
Jayengrana dan Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya
maka kerajaan di bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu Jenggala dengan
ibukotanya Kahuripan dan Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri). Sampai setengah abad lebih sejak
Airlangga mengundurkan diri tidak ada yang dapat diketahui dari kedua kerajaan
itu. Kemudian hanya Kadiri yang menunjukkan aktifitas politiknya. Raja pertama
yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang
berangka tahun 1104 M. Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang berkuasa di
Kadiri adalah sebagai berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 –
1160), 1135), Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra
(1181), Srengga (1190-1200) dan Kertajaya (1200 – 1222). Pada tahun 1222 terjadilah Perang
Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya. Ken Arok dengan bantuan para Brahmana
(pendeta) berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).
Kerajaan Singasari didirikan oleh
Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok digambarkan sebagai seorang pencuri
dan perampok yang sakti, sehingga menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah
mendapatkan bantuan dari seorang Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu
(bupati) di Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh
Tunggul Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga
menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada waktu
itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Setelah merasa memiliki kekuatan
yang cukup, Ken Arok berusaha untuk melepaskan diri dari Kadiri. Pada tahun
1222 Ken Arok berhasil membunuh Kertajaya, raja Kadiri terakhir. Ia
kemudian naik tahta sebagai raja Singasari dan mendirikan dinasti baru
yaitu Dinasti Girinda.
Tidak lama kemudian, Ken Dedes
melahirkan seorang putra bernama Anusapati hasil pernikahannya dengan Tunggul
Ametung. Sedangkan dari istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok mempunyai
seorang putra bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai
balas dendam atas kematian ayahnya, Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan
berkuasa di Singasari. Ia memerintah selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia
dibunuh oleh Tohjaya, juga sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Tohjaya naik tahta. Ia memerintah
dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian terbunuh oleh Ranggawuni (putra
Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni naik tahta dengan gelar Srijaya
Wisnuwardhana. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara
sebagai Yuwaraja atau Raja Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di
Mandragiri.
Pada tahun 1268 Kertanegara naik
tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan Singasari. Kertanegara merupakan
raja pertama yang bercita-cita menyatukan Nusantara. Pada tahun 1275,
Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera (Jambi) dipimpin oleh
Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu
atas kekuasaan Singasari. Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai
Khan dari Cina di Nusantara.
Ekspedisi ini menimbulkan rasa
khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena itu pada tahun 1289 Kubilai Khan
mengirimkan utusan bernama Meng-chi menuntut Singasari mengakui kekuasaan
Kekaisaran Mongol atas Singasari. Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan Cina
itu dilukai mukanya. Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan
tantangan perang.
Untuk menghadapi kemungkinan
serangan dari tentara Mongol pasukan Singasari disiagakan dan dikirim ke
berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut Cina Selatan. Sehingga pertahanan di
ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap
Kertanegara, diantaranya Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati
Madura). Pasukan Kadiri berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.
Setelah Kertanegara terbunuh oleh
Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu Kertanegara berhasil melarikan diri ke
Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Atas nasihat Arya
Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan dari
Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang
terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura, pembukaan
hutan Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.
Kemudian datanglah pasukan Tartar
yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum raja Jawa. Walaupun sudah
mengetahui Kertanegara sudah meninggal, tentara Tartar bersikeras mau menghukum
raja Jawa. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada
Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara Tartar hendak
kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar, Setelah berhasil
mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan
gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Kertarajasa meninggal pada tahun
1309. Satu-satunya putra yang dapat menggantikannya adalah Kalagamet. la
dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia bukanlah raja
yang cakap. Selain itu ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati.
Akibatnya masa pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali
pemberontakan.
Pemberontakan yang paling berbahaya
adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. Kuti berhasil menduduki ibukota
Majapahit, sehingga Jayanagara harus melarikan diri ke desa Bedander yang
dikawal oleh pasukan Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada. Pemberontakan Kuti
ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat
sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib
istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak
meninggalkan keturunan.
Karena Jayanagara tidak mempunyai
keturunan, maka yang berhak memerintah semestinya adalah Gayatri atau
Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah menjadi bhiksuni. Maka pemerintahan
Majapahit kemudian dipegang oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar
Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana. Dari
perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan
Sadeng dan Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah
Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit.
Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Pada tahun 1350 M, lbu
Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga Tribhuwana turun tahta.
Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang bergelar
Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai
Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya
Gajah Mada berhasil menguasai seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam,
Martaban (Birma), Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.
Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada
wafat ditempat peristirahatannya, Madakaripura, di lereng Gunung Tengger.
Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk menemui kesulitan untuk menunjuk
penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah empat orang
menteri.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389.
Ia disemayamkan di Tayung daerah Berbek, Kediri. Seharusnya yang
menggantikan adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan
kekuasaannya kepada suaminya, Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga
mempunyai anak laki-laki dari selir yang bernama Bhre Wirabhumi yang
telah mendapatkan wilayah keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada
tahun 1401 hubungan Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi perang
saudara yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat
dikalahkan di dibunuh. Tentu saja perang saudara ini melemahkan kekuasaan
Majapahit. Sehingga banyak wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
PENINGGALAN DARI KERAJAAN MAJAPAHIT
KERAJAAN MAJAPAHIT ADALAH KERAJAAN YANG
SANGAT BESAR KARENA KERAJAAN INI ADALAH CIKAL BAKAL SISTEM PEMERINTAHAN
YANG ADA DI INDONESIA. BEGITUPUN PENINGGALAN DARI KERAJAAN INI PUN
BEGITU BANYAK. DIA ANTARANYA ADALAH:
- CANDI WRINGIN LAWANG( PINTU GERBANG KERAJAAN MAJAPAHIT)
- CANDI BRAHU
- CANDI GENTONG (YANG KINI HANYA TINGGAL RERUNTUHANNYA SAJA YANG SEDANG DILAKUKAN RENOVASI)
- CANDI TIKUS DAN KOLAM SEGARAN (KOLAM YANG BERBENTUK PERSEGI PANJANG)
Peninggalan kerajaan majapahit
Referensi:
http://umarbakri2007.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html, di akses pada, 13-06-20015
https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Tugu, di akses pada, 13-06-20015
https://kaulawatakkambing.wordpress.com/candi-prasasti-dan-seni-dari-kerajaan-hindu-budha/,
di akses pada, 13-06-20015